Berhenti Melakukan Zalim Kepada Diri Sendiri !!!



Menurut Ensiklopedi Wikepedia zalim (Arab: ظلم, Dholim) adalah meletakkan sesuatu/ perkara bukan pada tempatnya. Orang yang berbuat zalim disebut zalimin. Lawan kata zalim adalah adil.

Kata zalim berasal dari bahasa Arab, dengan huruf “dho la ma” (ظ ل م ) yang bermaksud gelap. Di dalam al-Qur’an menggunakan kata zhulm selain itu juga digunakan kata baghy, yang maknanya juga sama dengan zalim yaitu melanggar haq orang lain. Namun demikian pengertian zalim lebih luas maknanya ketimbang baghyu, tergantung kalimat yang disandarkannya. Kezaliman itu memiliki berbagai bentuk di antaranya adalah syirik.

Perkataan zalim boleh juga digunakan untuk melambangkan sifat kejam, bengis, tidak berperikemanusiaan, suka melihat orang lain berada dalam penderitaan dan kesengsaraan, melakukan kemungkaran, penganiayaan, kemusnahan harta benda, ketidak adilan dan banyak lagi pengertian yang dapat diambil dari sifat zalim tersebut, yang mana pada dasarnya sifat ini merupakan sifat yang keji dan hina, dan sangat bertentangan dengan akhlak dan fitrah manusia, yang seharusnya menggunakan akal untuk melakukan kebaikan..

Para ulama mendefinisikan zalim sebagai: “Menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya”
Selama ini banyak diantara kaum muslimin paham perkataan (zalim) lebih banyak berkaitan dengan perbuatan kepada sesama makhluk baik berbuat zalim kepada sesama manusia mahupun zalim kepada binatang. 

Padahal perbuatan zalim yang dilakukan oleh manusia itu sangat luas skopnnya, antara lain bahawa manusia sebenarnya banyak melakukan perbuatan zalim kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

Bagaimanakah sesungguhnya yang dikatakan perbuatan zalim yang dilakukan oleh manusia ? Pada kesempatan ini kami akan mencuba untuk mengulas tentang perbuatan zalim kepada Allah subhanahu berdasarkan hujjah yang terdapat dalam al-Qur’an dan as-Sunnah ( Hadits Rasullullah shallallahu’alaihi wa sallam
.
Bagaimanakah Sebenarnya Perbuatan zalim Kepada Allah ?

Sebagaimana yang dijelaskan di bahagian awal, bahawa pengertian zalim adalah adalah meletakkan sesuatu/ perkara bukan pada tempatnya. Yang mana pada dasar sifat ini merupakan sifat yang keji dan hina, dan sangat bertentangan dengan akhlak dan fitrah manusia, yang mana manusia harus menggunakan akal untuk melakukan kebaikan.

Berkaitan dengan itu manusia yang diciptakan oleh Allah subhanahu wa ta’ala tujuannya tiada lain adalah untuk mengabdi kepada Allah dengan melakukan segala ketaatan yang diperintahkan serta meninggalkan perbuatan-perbuatan munkar sebagai perbuatan yang dilarang. 

Namun sebahagian manusia banyak yang tidak mahu untuk tunduk dan mentaati apa yang diperintahkan oleh Allah azza wa jalla. Ramai manusia yang inkar akan kudratnya sebagai makhluk yang diciptakan oleh Allah. Kebanyakan manusia lebih suka melakukan perbuatan-perbuatan munkar yang menyalahi tuntunan syariat yang telah digariskan oleh Allah subhanahu wa ta’ala dan Rasul-Nya.
Banyak diantara kaum muslimin, meskipun telah jelas adanya larangan untuk berbuat kezaliman diatas muka bumi ini, namun mereka tidak pernah memperdulikan akan larangan tersebut. Mereka suka berbuat zalim yaitu (meletakkan sesuatu/perkara bukan pada tempatnya.) Termasuk di dalamnya melakukan perbuatan keji yang terlarang yaitu menyekutukan Allah dengan makhluk yang diciptakannya. 

Dan perbuatan yang sedemikian merupakan perbuatan yang tidak kena pada tempatnya. Kerana seharusnya sebagai umat manusia yang diperintahkan adalah mengesakan atau mentauhidkan Allah sebagai satu-satunya yang berhak untuk disembah/ditaati secara benar.

Kerana perbuatan menyekutukan Allah yang dilakukan oleh umat manusia adalah perbuatan tidak kena pada tempatnya maka perbuatan tersebut termasuk dalam perbuatan yang dikatagorikan sebagai perbuatan zalim.
Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah menerangkan bahwa kezaliman itu ada tiga macam yaitu satu diantaranya adalah kezaliman kepada Allah. Dan kezaliman yang paling zalim, yaitu melakukan syirik kepada Allah. Meskipun orang yang melakukan syirik tidaklah dikatakan menzalimi Allah, bahkan dirinya sendirilah yang dizaliminya. Kerana dia telah menghinakan dirinya kepada sesuatu yang tidak layak untuk disembah.

Dalam hal ini terkandung di dalamnya akan hal-hal yang bersifat kufur dan syirik dalam ibadatnya terhadap Allah, kerana dengan melakukan perbuatan kufur dan syirik, seseorang telah melakukan sesuatu yang tidak selayaknya bagi bagi Allah, yaitu mentauhidkannya.

Beberapa ayat al-Qur’an, membicarakan tentang perbuatan dzalim ini sebagaimana Firman Allah subhanahu wa ta’ala :
• يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ أَنفِقُواْ مِمَّا رَزَقْنَاكُم مِّن قَبْلِ أَن يَأْتِيَ يَوْمٌ لاَّ بَيْعٌ فِيهِ وَلاَ خُلَّةٌ وَلاَ شَفَاعَةٌ وَالْكَافِرُونَ هُمُ الظَّالِمُونَ
Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi syafa'at [160]. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim.( QS.Al Baqarah : 254 )

Dalam ayat lain bentuk perbuatan zalim yang dilakukan seseorang kepada Allah subhanahu wa ta’ala adalah perbuatan syirik sebagaimana yang difirmankan Allah ta’ala :

وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (QS. Luqman : 13 )

Zalim memiliki beberapa makna, sebagaimana yang disebutkan dalam beberapa ayat di dalam al-Qur’an di antaranya sebagai berikut:
Menyembah selain dari Allah dan mencintainya sebagaimana mencintai Allah. Perbuatan ini merupakan perbuatan syirik. Hal ini sesuai dengan yang difirmankan Allah subhanahu wa ta’ala :

وَمِنَ النَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ اللّهِ أَندَاداً يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللّهِ وَالَّذِينَ آمَنُواْ أَشَدُّ حُبًّا لِّلّهِ وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُواْ إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ الْقُوَّةَ لِلّهِ جَمِيعاً وَأَنَّ اللّهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah patung-patung selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu [106] mengetahui ketika mereka melihat siksaan (pada hari kiamat), bahawa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahawa Allah amat berat siksaannya (niscaya mereka menyesal)”.(QS.Al Baqarah : 165 )
Keterangan :
[106] Yang dimaksud dengan orang yang zalim di sini ialah orang-orang yang menyembah selain Allah.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :

وَمَا ظَلَمْنَاهُمْ وَلَـكِن ظَلَمُواْ أَنفُسَهُمْ فَمَا أَغْنَتْ عَنْهُمْ آلِهَتُهُمُ الَّتِي يَدْعُونَ مِن دُونِ اللّهِ مِن شَيْءٍ لِّمَّا جَاء أَمْرُ رَبِّكَ وَمَا زَادُوهُمْ غَيْرَ تَتْبِيبٍ
Dan Kami tidaklah menganiaya mereka tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri, kerana itu tiadalah bermanfaat sedikitpun kepada mereka sembahan-sembahan yang mereka seru selain dari Allah, di waktu azab Tuhanmu datang. Dan sembahan-sembahan itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali kebinasaan belaka. (QS.Huud : 101)

Berfirman Allah subhana wa ta’ala
لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ وَقَالَ الْمَسِيحُ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ إِنَّهُ ُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَا
Artinya : “Sesungguhnya Telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah ialah Al masih putera Maryam”, padahal Al masih (sendiri) berkata: “Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu”. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, Maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.” (QS. Al Maidah : 72)

Selain beberapa ayat al-Qur’an yang membicarakan tentang perbuatan syirik adalah kezhaliman kepada Allah, ada pula hadits yang menyebutkannya sebagaimana yang diriwayatkan oleh imam Bukhari rahimahullah dalam kitab Sahihnya :

صحيح البخاري ٦٤٢٤: حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ أَخْبَرَنَا وَكِيعٌ ح و حَدَّثَنَا يَحْيَى حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ عَلْقَمَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
لَمَّا نَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ
{ الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ }
شَقَّ ذَلِكَ عَلَى أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالُوا أَيُّنَا لَمْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْسَ كَمَا تَظُنُّونَ إِنَّمَا هُوَ كَمَا قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ
{ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ }


Shahih Bukhari 6424: Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim Telah mengabarkan kepada kami Waki' -lewat jalur periwayatan lain-Telah menceritakan kepada kami Yahya telah menceritakan kepada kami Waki' dari Al A'masy dari Ibrahim dari Alqomah dari 'Abdullah radliallahu 'anhu mengatakan; tatkala turun ayat ini; 'Sesungguhnya orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan keimanan mereka dengan kezaliman' (QS.Luqman 82), ayat ini sangat menggusarkan para sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, sehingga mereka bertanya; 'Siapa diantara kami yang tidak melakukan kezaliman terhadap dirinya sendiri? ' lantas Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Bukan seperti yang kalian sangka, hanyasanya yang dimaksudkan adalah seperti ucapan Luqman kepada anaknya; 'Wahai anakku, janganlah engkau menyekutukan Allah, sebab menyekutukan Allah adalah kezhaliman yang besar" (QS.Luqman 82).
Perbuatan Syirik Disebut Sebagai seburuk-buruk kezaliman.

Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di,berkata “Bukankah seburuk-buruk kezaliman ketika Allah menciptakan kita dengan maksud untuk beribadah kepadanya dan mentauhidkannya, lalu tujuan mulia ini dipalingkan ke derajat yang amat rendah, yaitu menjadi beribadah kepada makhluk yang tidak mungkin disamakan dengan Allah?! Inilah kenapa dipanggil seburuk-buruk perbuatan zalim.” (Taisir Al Karimir Rahman, 648).

Kenapa syirik disebut sebagai seburuk-buruk kezaliman dikeranakan orang yang berbuat syirik telah menyamakan makhluk yang dicipta dari tanah dengan Malik, Raja semesta alam, yaitu Allah Ta’ala.
Dia telah menyamakan sesuatu yang tidak memiliki sesuatu pun di muka bumi dengan Allah yang memiliki segala sesuatu di alam ini. Makhluk yang penuh kekurangan dari segala sisi dan begitu fakir disamakan dengan Allah yang Maha Sempurna dari segala sisi dan Maha Kaya. Makhluk yang tidak dapat menciptakan dan memberi kenikmatan sebesar dzarrah (yang kecil seumpama semut) disamakan dengan Allah yang Maha Pencipta dan Maha Pemberi nikmat, yaitu nikmat agama, dunia, akhirat, hati, badan, semua kenikmatan ini hanya berasal dari Allah. Tidak ada pula yang dapat mencabut nikmat-nikmat tadi selain Allah. Apakah ini bukan seburuk-buruk kezaliman?! (Taisir Al Karimir Rahman, 648).

Berbagai Syirik Yang Disebut Sebagai Kezaliman Kepada Allah
Para ulama sesuai dengan dalil yang ada dalam berbagai kitabnya membagi syirik atas dua macam yaitu :
1.Syirik akbar
2.syirik ashghar

Syirik Akbar yaitu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang hamba dalam menyekutukan Allah subhanahu wa ta’ala yang menyebabkan hamba tersebut keluar dari Islam dan seluruh amalan yang pernah dilakukannya terhapus, sehingga kerana itu dia akan kekal tinggal di dalam neraka bersama orang-orang musyrik. Orang yang melakukan kesyirikan yang termasuk kedalam syirik akbar tidak akan diampuni dosanya oleh Allah subhanahu wa ta’ala kecuali jika dia mahu bertaubat.

Sebagaimana penjelasan di atas, syirik akbar merupakan dosa yang terbesar yang tidak akan diampuni oleh Allah apabila tidak bertaubat. Allah Ta’ala berfirman :

إِنَّ اللّهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَاء وَمَن يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu bagi siapa yang dikehendakinya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An Nisa’ : 48)[1]

Juga pelaku Syirik Akbar tempat kembalinya adalah neraka dan diharamkan baginya Surga.
Allah Ta’ala berfirman :

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُواْ إِنَّ اللّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ وَقَالَ الْمَسِيحُ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اعْبُدُواْ اللّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ إِنَّهُ مَن يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللّهُ عَلَيهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنصَارٍ
Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putera Maryam", padahal Al Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu". Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun. (Al Maidah : 72)

Sedangkan dalil yang menunjukkan bahwa syirik akbar menggugurkan amalan-amalan adalah firman Allah Ta’ala :

ذَلِكَ هُدَى اللّهِ يَهْدِي بِهِ مَن يَشَاء مِنْ عِبَادِهِ وَلَوْ أَشْرَكُواْ لَحَبِطَ عَنْهُم مَّا كَانُواْ يَعْمَلُونَ
Itulah petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendakiNya di antara hamba-hambaNya. Seandainya mereka mempersekutukan Allah, nescaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan. (QS. Al An’am : 88)
Berbagai-bagai Syirik Akbar
Syirik Akbar ini sangat banyak sekali, tetapi boleh di katogarikan menjadi tiga :
1) Syirik di dalam Al Uluhiyyah
Yaitu kalau seseorang menyakini bahawa ada tuhan selain Allah yang berhak untuk disembah (berhak mendapatkan sifat-sifat ubudiyyah). Yang mana Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam berbagai tempat dalam Kitab-Nya menyeru kepada hamba-Nya agar tidak menyembah atau beribadah kecuali hanya kepada-Nya saja. Firman Allah Ta’ala :

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الأَرْضَ فِرَاشاً وَالسَّمَاء بِنَاء وَأَنزَلَ مِنَ السَّمَاء مَاء فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقاً لَّكُمْ فَلاَ تَجْعَلُواْ لِلّهِ أَندَاداً وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ

Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa, Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah [30], padahal kamu mengetahui. (QS.Al Baqarah : 21-22 )

K e t e r a n g a n :
[30] Ialah segala sesuatu yang disembah di samping menyembah Allah seperti berhala-berhala, dewa-dewa, dan sebagainya.
Perintah Allah dalam ayat ini agar semua manusia[2] beribadah kepada Rabb mereka dan bentuk ibadah yang diperintahkan antara lain syahadat, solat, zakat, puasa, haji, sujud, ruku’, thawaf, doa, tawakal, khauf (takut), raja’ (berharap), raghbah (menginginkan sesuatu), rahbah (menghindarkan dari sesuatu), khusu’, khasyah, ­isti’anah (minta tolong), isti’adzah (berlindung), istighatsah (meratap), penyembelihan, nadzar, sabar dan lain lain dari berbagai macam ibadah yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya.

Di sisi lain ada keraguan yang terdapat di kalangan umum dalam memahami ibadah. Mereka mengartikan ibadah dalam definisi yang sempit sekali seperti solat, puasa, zakat, haji. Ada pun yang lainnya tidak dikategorikan di dalamnya.

Sungguh indah perkataan Syaikhul Islam Abul Abbas Ibnu Taimiyyah rahimahullah dalam mendefinisikan ibadah, beliau berkata :

“Ibadah itu ialah suatu nama yang merangkumi semua perkara yang dicintai Allah dan diredhoinya, apakah merupakan perkataan ataupun perbuatan, baik dizahir mahupun yang batin.”

Inilah pengertian ibadah yang sesungguhnya, yaitu meliputi segala perkara yang dicintai dan diredoi Allah, baik itu berupa perkataan maupun perbuatan.

Firman Allah dalam surat Al Baqarah ayat 21 di atas menyatakan sembahlah Rabb kamu, dimaksudkan untuk mendekatkan pemahaman kepada semua manusia bahwa Ar Rabb yang wajib disembah adalah yang telah menciptakanmu dan orang-orang sebelum kamu, yang menciptakan langit dan bumi serta yang mampu menurunkan air (hujan) dari langit. Yang dengannya air hujan itu terhasilkan segala jenis buah-buahan sebagai rezeki bagi kalian, agar kalian mengetahui semua. Maka janganlah mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah dengan menyembah dan meminta rezeki kepada selainnya. Apakah kalian tidak malu dan berpikir bahawa Allah yang menghidupkan dan yang memberi rezeki kemudian kalian tinggalkannya dan beribadah kepada selainnya?

Firman Allah Ta’ala :
وَيَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللّهِ مَا لاَ يَمْلِكُ لَهُمْ رِزْقًا مِّنَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ شَيْئًا وَلاَ يَسْتَطِيعُونَ
فَلاَ تَضْرِبُواْ لِلّهِ الأَمْثَالَ إِنَّ اللّهَ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ
Dan mereka menyembah selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberikan rezeki kepada mereka sedikitpun dari langit dan bumi, dan tidak berkuasa (sedikit juapun). Maka janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah. Sesungguhnya Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.(QS. An Nahl : 73-74)


2) Syirik Di Dalam Ar Rububiyyah
Yaitu jika seseorang menyakini bahawa ada selain Allah yang boleh menciptakan, memberi rezeki, menghidupkan dan mematikan, dan yang lainnya dari sifat-sifat ar rububiyyah. Orang-orang seperti ini keadaannya lebih sesat dan lebih buruk daripada orang-orang kafir terdahulu.

Orang-orang terdahulu beriman dengan tauhid rububiyyah namun mereka menyekutukan Allah dalam uluhiyyah. Mereka meyakini kalau Allah satu-satunya Pencipta alam semesta namun mereka masih tetap berdoa, meminta pada kuburan-kuburan seperti kuburan Latta.

Sebagaimana Allah kisahkan tentang mereka dalam firman-Nya :
وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ فَأَنَّى يُؤْفَكُونَ
Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?" Tentu mereka akan menjawab: "Allah", maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar). (QS. Al Ankabut : 61)

Firman Allah Ta’ala :
وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّن نَّزَّلَ مِنَ السَّمَاء مَاء فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ مِن بَعْدِ مَوْتِهَا لَيَقُولُنَّ اللَّهُ قُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ
Dan sesungguhnya jika kamu menanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menurunkan air dari langit lalu menghidupkan dengan air itu bumi sesudah matinya?" Tentu mereka akan menjawab: "Allah", Katakanlah: "Segala puji bagi Allah", tetapi kebanyakan mereka tidak memahami(nya).(QS. Al Ankabut : 63)

Ayat-tersebut diatas menunjukkan kalau orang-orang musyrik terdahulu mengakui Allahlah satu­-satunya pencipta yang menciptakan langit dan bumi, yang menghidupkan dan mematikan, yang menurunkan hujan dan seterusnya. Akan tetapi mereka masih memberikan peribadatan kepada yang lainnya. 

Maka bagaimanakah dengan orang-orang yang tidak menyakini sama sekali kalau Allahlah Penciptanya atau ada tuhan lain yang menciptakan, menghidupkan, dan mematikan, yang menurunkan hujaan dan seterusnya atau ada yang serupa dengan Allah dalam masalah-masalah ini. Tentu yang demikian lebih teruk lagi. Inilah yang dimaksud syirik dalam rububiyah.

3) Syirik Di Dalam Al Asma’ wa Ash Shifat
Yaitu kalau seseorang mensifatkan sebagian makhluk Allah dengan sebagian sifat-sifat Allah yang khusus bagi-Nya. Contohnya, menyakini bahawa ada makhluk Allah yang mengetahui perkara­-perkara ghaib.

Firman Allah Ta’ala :
عَالِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا
(Dia adalah Tuhan) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu.
(QS. Al Jin : 26)

Syirik Asghar (Syirik Kecil) Syirik Ashghar, yaitu perbuatan yang dilakukan oleh hamba yang digolongkan ke dalam menyekutukan Allah, namun perbuatannya tetrsebut tidaklah menyebabkan dia terkeluar dari Islam. Tetapi pelakunya mendapat ancaman dari Allah berupa siksa dan seandainya disiksa di neraka, ia tidak kekal di dalam neraka.

Syirik jenis ini menghapuskan (pahala) amal yang dilakukannya bercampur dengan perbuatan syirik, adapun pelakunya berada di bawah kehendak Allah. Jika Allah berkehendak menyiksa maka ia akan disiksa, tetapi kalau Dia berkehendak mengampuni maka diampuni dosanya.

Pengertian syirik ashghar ialah segala sesuatu yang disebut sebagai syirik dalam dalil-dalil syariat akan tetapi tidak mencapai darjat syirik akbar, dan ia dikategorikan sebagai jalan yang mengantarkan menuju syirik akbar.

Perbuatan yang termasuk dalam syirik ashghar antara lain  :
1.Bersumpah dengan menyebut nama selain Allah
2.Riya’ yang ringan
3.Perkataan, “Apa saja yang Allah kehendaki dan apa pun yang kamu kehendaki” atau “Ini adalah berasal dari Allah dan darimu” atau “Aku bersama pertolongan Allah dan pertolonganmu” atau “Aku bertawakal kepada Allah dan kepadamu” dan lain sebagainya.
Pada hakikatnya sum"ah merupakan riya juga.

Firman Allah yang menerang­kan bahwa riya itu membatalkan amalan yang disertai riya tersebut adalah sebagai berikut :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تُبْطِلُواْ صَدَقَاتِكُم بِالْمَنِّ وَالأذَى كَالَّذِي يُنفِقُ مَالَهُ رِئَاء النَّاسِ وَلاَ يُؤْمِنُ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا لاَّ يَقْدِرُونَ عَلَى شَيْءٍ مِّمَّا كَسَبُواْ وَاللّهُ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya kerana riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir [168].(QS.Al Baqrah : 264 )

K e t e r a n g a n :
[168] Mereka ini tidak mendapat manafaat di dunia dari usaha-usaha mereka dan tidak pula mendapat pahala di akhirat.
Sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam :
مسند أحمد ٢٢٥٢٣: حَدَّثَنَا يُونُسُ حَدَّثَنَا لَيْثٌ عَنْ يَزِيدَ يَعْنِي ابْنَ الْهَادِ عَنْ عَمْرٍو عَنْ مَحْمُودِ بْنِ لَبِيدٍ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ قَالُوا وَمَا الشِّرْكُ الْأَصْغَرُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الرِّيَاءُ يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِذَا جُزِيَ النَّاسُ بِأَعْمَالِهِمْ اذْهَبُوا إِلَى الَّذِينَ كُنْتُمْ تُرَاءُونَ فِي الدُّنْيَا فَانْظُرُوا هَلْ تَجِدُونَ عِنْدَهُمْ جَزَاءً
حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ أَبِي الْعَبَّاسِ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ عَمْرِو بْنِ أَبِي عَمْرٍو عَنْ عَاصِمِ بْنِ عُمَرَ الظَّفَرِيِّ عَنْ مَحْمُودِ بْنِ لَبِيدٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ فَذَكَرَ مَعْنَاهُ

Musnad Ahmad 22523: Telah bercerita kepada kami Yunus telah bercerita kepada kami Laits dari Yazid bin Al Had dari 'Amru dari Mahmud bin Labid bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan dari kalian adalah syirik kecil." Mereka bertanya: Apa itu syirik kecil wahai Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam? Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Riya`, Allah 'azza wajalla berfirman kepada mereka pada hari kiamat saat orang-orang diberi balasan atas amal-amal mereka: Temuilah orang-orang yang dulu kau perlihat-lihatkan di dunia lalu lihatlah apakah kalian menemukan balasan disisi mereka?" telah bercerita kepada kami Ibrahim bin Abu Al 'Abbas telah bercerita kepada kami 'Abdur Rahman bin Abu Az Zinad dari 'Amru bin Abu 'Amru dari 'Ashim bin 'Umar Azh Zhafari dari Mahmud bin Labid bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan dari kalian" lalu ia menyebut makna hadis.

Dan juga Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda :
Dari Abu Hurairah radliyallahu anhu, bersabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam : “Allah Ta’ala berfirman : ‘Barang siapa melakukan suatu amalan kemudian ia jadikan bersama Allah sekutu (Melalukan amalan untuk di tunjukkan kepada orang lain) dalam amalan itu maka Allah tinggalkan amalan tersebut dan sekutunya.’” (HR. Muslim)
Dalam masalah membatalkan amalan, riya’ ini terbagi menjadi dua bagian :
1. Apabila riya’ sejak awal, yaitu bahwa orang tersebut dalam melakukan amalannya sudah mempunyai niat untuk riya’. Yang seperti ini membatalkan amalan.
2. Apabila datang dengan tiba-­tiba di tengah-tengah atau di akhir amalan dan orang tersebut berusaha untuk menolak atau menghilangkan dari hatinya. Maka yang seperti ini tidak sampai membatalkan amalannya.
Dua penyakit ini (riya’ dan sum’ah) yang mengacau dalam hati kerana sangat samar tidak terlihat oleh mata sehingga seorang Muslim harus sangat berhati-hati. Ayat Al Qurr’an dalam surat Al Baqarah 264 serta hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dari shahabat Mahmud bin Labid di atas menjadi perhatian bagi kita bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala memanggil dengan panggilan ‘Wahai orang-­orang yang beriman’ dan Rasulullah mengkhawatirkan riya’ tersebut akan menimpa para shahabat. Hal ini menunjukkan bahwa orang Mukmin pun apabila tidak hati-hati akan terkena penyakit ini. Mudah-mudahan Al­lah selamatkan kita darinya.

Syirik Akbar dan Syirik Ashghar memiliki cabang yang sangat banyak dan memerlukan pembahasan yang sangat panjang. Tetapi yang penting untuk kita ketahui adalah sifat atau ciri-ciri dari keduanya serta bahayanya sehingga kita berhati-­hati terhadap kedua-duanya. Barangsiapa yang jatuh ke dalam salah satu di antara dua jenis syirik ini hendaknya ia segera bertaubat.
Firman Allah Ta’ala :
وَسَارِعُواْ إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (QS. Ali Imran : 133)

Firman Allah Ta’ala :
إِلَّا مَن تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَأُوْلَئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَّحِيمًا
kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Al Furqan : 70)

Firman Allah Ta’ala :
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِن رَّحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Katakanlah : “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az Zumar : 53)

Kesimpulan/Penutup
Selama ini banyak diantara kaum muslimin mengatakan perkataan zalim lebih banyak yang berkaitan dengan perbuatan kepada sesama makhluk baik berbuat zalim kepada sesama manusia mahupun zalim kepada binatang. Padahal perbuatan zalim yang dilakukan oleh manusia itu sangat luas cakupannya, antara lain bahawa manusia sebenarnya banyak yang melakukan perkara zalim kepada Allah subhanahu wa ta’ala

Manusia yang diciptakan oleh Allah subhanahu wa ta’ala tujuannya tiada lain adalah untuk mengabdikan diri kepada Allah dengan melakukan segala ketaatan yang diperintahkan serta meninggalkan perbuatan-perbuatan munkar sebagai perbuatan yang dilarang. 

Namun sebahagian manusia banyak yang enggan untuk tunduk dan mentaati apa yang diperintahkan oleh Allah azza wa jalla. Manusia banyak yang inkar akan kudratnya sebagai makhluk yang diciptakan oleh Allah. Kebanyakan manusia lebih suka melakukan perbuatan-perbuatan munkar yang menyalahi tuntunan syariat yang telah digariskan oleh Allah subhanahu wa ta’ala dan Rasul-Nya.

Banyak diantara kaum muslimin, meskipun telah jelas adanya larangan untuk berbuat kezaliman diatas muka bumi ini, namun mereka tidak pernah memperdulikan akan larangan tersebut. Mereka suka berbuat zalim yaitu meletakkan sesuatu/perkara bukan pada tempatnya. Termasuk di dalamnya melakukan perbuatan keji yang terlarang yaitu menyekutukan Allah dengan makhluk yang diciptakannya. Dan perbuatan yang sedemikian merupakan perbuatan yang tidak pada tempatnya. Kerana seharusnya selaku umat manusia yang diperintahkan adalah mengesakan atau mentauhidkan Allah sebagai satu-satunya yang berhak untuk disembah/ditaati dan tidak menyegutukannya.
Kerana perbuatan menyegutukan Allah yang dilakukan oleh umat manusia adalah perbuatan tidak meletakkan sesuatu pada tempatnya maka perbuatan tersebut termasuk dalam perbuatan yang zalim.
( Wallaahu ta’ala ‘alam )

Ulasan

  1. Ya Allah,sesungguhnya petunjukMu telah sampai kpdku melalui Al Quran,Engkau bimbinglah untuk mengikuti petunjukMu agar aku menjadi orang2 yg bertakwa kpdaMu...Janganlah Engkau biarkan aku terus menzalimi diri aku sendiri dan org lain...

    BalasPadam
  2. LA ILLAHAILA ANTA INI KUNTUM MINADZALLIMIN

    BalasPadam

Catat Ulasan

Catatan Popular