Makhluk Pertama Ciptaan Allah s.w.t.



(Di bawah ini merupakan petikan dari Buku “Sirr al-Asrar” oleh As-Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani, halaman 10 - 16.

Makhluk yang pertama yang di ciptakan oleh Allah adalah Ruh Muhammad saw. Ia diciptakan dari cahaya ‘Jamal’ Allah. Sebagaimana firman Allah di dalam hadis Qudsi,  “Aku ciptakan ruh Muhammad dari cahaya Zat-Ku”.

Nabi Muhammad saw juga bersabda: “Yang pertama diciptakan oleh Allah ialah ruhku. Dan yang pertama diciptakan oleh Allah ialah cahayaku. Dan yang pertama diciptakan oleh Allah ialah qalam. Dan yang pertama diciptakan oleh Allah ialah akal”.

Ruh, cahaya, qalam dan akal pada dasarnya adalah satu, iaitu hakikat Muhammad.

Hakikat Muhammad di sebut “nur”, kerana bersih dari segala kegelapan yang menghalangi untuk dekat kepada Allah sebagaimana firman Allah, “Telah datang kepadamu cahaya dan kitab penerang dari Allah”.

Hakikat Muhammad disebut juga akal, kerana ia yang menemukan segala sesuatu. Hakikat Muhammad disebut qalam kerana ia yang menjadi sebab perpindahan ilmu (seperti halnya mata pena sebagai pengalih ilmu di alam huruf pengetahuan yang tertulis). Ruh Muhammad adalah ruh yang termurni sebagai makhluk pertama dan asal seluruh makhluk sesuai dengan sabda Rasulullah saw: “Aku dari Allah dan orang-orang mukmin dari aku”.

Dan dari ruh Muhammad itulah Allah menciptakan semua ruh di alam ‘Lahut’ dalam bentuk yang terbaik yang hakiki. Itulah nama seluruh manusia di alam Lahut. Alam Lahut adalah negeri bagi seluruh manusia. Allah menciptakan arasy dari cahaya zat Muhammad saw. Bagitu juga makhluk lain berasal dari zat Muhammad.

Selanjutnya ruh-ruh diturunkan ke alam yang terendah, dimasukan pada makhluk yang terendah iaitu jasad. Sebagaimana firman Allah, “Kemudian Aku turunkan manusia ke tempat yang terendah” Proses turunnya itu adalah setelah ruh diciptakan di alam Lahut, maka diturunkan ke alam Jabarut dan dibalut dengan cahaya Jabarut. Sebagai pakaian antara dua haram lapis kedua ini disebut ruh ‘Sultani’.

Selanjutnya ia diturunkan lagi ke alam Malakut dan dibalut dengan cahaya Malakut yang disebut ruh ‘Ruhani’. Kemudian diturunkan lagi ke alam Mulki dan dibalut dengan cahaya Mulki. Lapis keempat ini disebut ruh ‘Jismani’.

Selanjutnya Allah ciptakan badan (jasad) dari Mulki (bumi), sebagaimana firman Allah: “Dari bumi aku mencipta kamu. Kepada bumi aku mengembalikanmu. Dan dari bumi pulalah aku mengeluarkanmu”.

Setelah terwujud jasad, Allah memerintahkan ruh agar masuk ke dalam jasad, maka ruh masuk ke dalam jasad, sebagaimana firman Allah: “Kutiupkan ruh dari Ku ke dalam jasad”.

Ketika ruh berada di dalam jasad, ruh lupa akan perjanjian awal di alam Lahut, iaitu hari perjanjian: “Bukankah Aku ini tuhan mu” Ruh menjawab, “Benar, engkau adalah Tuhan kami”.

Disebabkan ruh lupa pada perjanjian awal, maka ruh tidak dapat kembali ke alam Lahut sebagai tempat asal. Oleh kerana itu, dan kasihnya Allah menolong mereka (manusia) dengan menurunkan kitab-kitab samawi sebagai peringatan tentang negeri asal mereka, sesuai dengan firman Allah; “Berikanlah peringatan pada mereka tentang hari-hari Allah”, iaitu hari pertemuan antara Allah dengan seluruh arwah (ruh) di alam Lahut. Lain halnya dengan para nabi, mereka datang ke bumi dan kembali ke akhirat, badannya di bumi, sedangkan ruhnya berada di negeri asal kerana adanya peringatan ini.

Sangat sedikit orang yang sadar dan kembali serta berkeinginan dan sampai ke alam asal mereka. Oleh kerana sedikitnya manusia yang mampu kembali ke alam asal, maka Allah melimpahkan kenabian kepada ruh agung Muhammad Rasulullah, penutup penunjuk jalan dari kesesatan ke alam terang. Ia ditulis untuk mengingatkan mereka yang lupa membuka hatinya. Nabi mengajak manusia agar kembali dan sampai serta bertemu dengan ‘Jamal Allah’ yang azali, sesuai dengan firman Allah: “Katakanlah, Ini adalah jalanKu. Aku mengajak ke jalan Allah dengan pandangan yang jelas. Aku dan para pengikutKu”.

Nabi bersabda, “Para sahabatku seperti bintang-bintang, mengikuti yang mana pun kamu akan mendapat petunjuk”.

Pada ayat tadi dijelaskan bahawa Nabi mengajak manusia kembali kepada Allah dengan pandangan yang jelas, yang di dalam Al-Quran di sebut ‘basyirah’. Basyirah adalah dari ruh asli yang terbuka pada ‘mata hati’ bagi para aulia. Basyirah tidak akan terbuka hanya dengan ilmu zahir saja, tetapi untuk membukanya harus dengan ilmu ladunni batin (ilmu yang langsung dari Allah). Sesuai dengan firman Allah, “Kepada dia Kuberikan ilmu yang langsung dariKu”.

Untuk menghasilkan basyirah, manusia mengambilnya dari ahli basyirah dengan mengambil talqin dari seorang wali mursyid yang telah berkomunikasi dengan alam lahut.

Wahai saudaraku, masuklah pada ‘tariq’ (jalan kembali kepada Allah) dan kembalilah kepada Tuhanmu bersama golongan ahli ruhani. Waktu sangat sempit, jalan hampir tertutup dan sulit tempat untuk kembali ke negeri asal (alam Lahut).

Ulasan

  1. Terima kasih di atas perkongsiannya. Amat malang dan celakalah orang yang tidak dapat kembali kepada Tuhannya kerana dengan jiwa yang tenang. Kerana tidak mengenal Nur Muhammad s.a.w

    BalasPadam

Catat Ulasan

Catatan Popular