Cara Melembutkan Hati
Hadis riwayat Aisyah ra. isteri Nabi saw.:
Rasulullah saw. bersabda: “Wahai Aisyah! Sesungguhnya Allah itu Maha Lembut yang menyukai kelembutan. Allah akan memberikan kepada orang yang bersikap lembut sesuatu yang tidak diberikan kepada orang yang bersikap keras dan kepada yang lainnya”.
Rasulullah saw. bersabda: “Wahai Aisyah! Sesungguhnya Allah itu Maha Lembut yang menyukai kelembutan. Allah akan memberikan kepada orang yang bersikap lembut sesuatu yang tidak diberikan kepada orang yang bersikap keras dan kepada yang lainnya”.
Kita tidak lalai akan doa yang satu ini : “Ya Zat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah diriku dalam Agama-Mu dan dalam Ketaatan kepada-Mu”.
Begitulah, menjaga hati untuk sentiasa istiqomah berada di jalan Allah, senantiasa bersih dari segala kotoran dan lembut dari segala kekerasan (hati), tidaklah mudah. Kesibukan dan rutin kita yang memerah tenaga dan fikiran, serta interaksi yang terus menerus dengan masalah duniawi, jika tidak diimbangi dengan “makanan-makanan” hati, terkadang membuat hati menjadi keras, kering, lalu mati. Padahal sebagai seorang mukmin, dalam melihat pelbagai persoalan kehidupan, haruslah dengan mata hati yang jernih.
Untuk itu, beberapa nasihat berikut patut kita renungi bersama dalam usaha kita untuk melembutkan hati. Kita hendaklah senantiasa:
1. Takut akan datangnya maut secara tiba-tiba sebelum kita sempat bertaubat.
2. Takut tidak menunaikan hak-hak Allah secara sempurna. Sesungguhnya hak-hak Allah itu pasti diminta pertanggungjawabannya.
3. Takut tergelincir dari jalan yang lurus, dan berjalan di atas jalan kemaksiatan dan jalan syaitan.
4. Takut memandang remeh atas banyaknya nikmat Allah pada diri kita.
5. Takut akan balasan seksa yang segera di dunia, kerana maksiat yang kita lakukan.
6. Takut mengakhiri hidup dengan su’ul khatimah.
7. Takut menghadapi sakaratul maut dan sakitnya sakaratul maut.
8. Takut menghadapi pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir di dalam kubur.
9. Takut akan azab di alam kubur.
10. Takut menghadapi pertanyaan hari kiamat atas dosa besar dan dosa kecil yang kita lakukan.
11. Takut melalui titian yang tajam. Sesungguhnya titian itu lebih halus daripada rambut dan lebih tajam dari pedang.
12. Takut dijauhkan dari memandang wajah Allah.
13. Perlu mengetahui tentang dosa dan aib kita.
14. Takut terhadap nikmat Allah yang kita rasa siang dan malam sedang kita tidak bersyukur.
15. Takut tidak diterima amalan-amalan kita.
16. Takut bahwa Allah tidak akan menolong dan membiarkan kita sendiri.
17. Kekhuatiran kita menjadi orang yang tersingkap aibnya pada hari kematian dan pada hari timbangan ditegakkan.
18. Hendaknya kita mengembalikan urusan diri kita, anak-anak, keluarga dan harta kepada Allah SWT. Dan jangan kita bersandar dalam memperbaiki urusan ini kecuali pada Allah.
19. Sembunyikanlah amal-amal kita dari riya’ ke dalam hati, kerana terkadang riya’ itu memasuki hati kita, sedang kita tidak merasakannya. Hasan Al Basri rahimahullah pernah berkata kepada dirinya sendiri. “Berbicaralah engkau wahai diri. Dengan ucapan orang soleh, yang qanaah lagi ahli ibadah. Dan engkau melaksanakan amal orang fasik dan riya’. Demi Allah, ini bukan sifat orang mukhlis”.
20. Jika kita ingin sampai pada darjat ikhlas maka hendaknya akhlak kita seperti akhlak seorang bayi yang tidak peduli orang yang memujinya atau membencinya.
21. Hendaknya kita memiliki sifat cemburu ketika larangan-larangan Allah diremehkan.
22. Ketahuilah bahwa amal soleh dengan keistiqomahan jauh lebih disukai Allah daripada amal soleh yang banyak tetapi tidak istiqomah dengan tetap melakukan dosa.
23. Ingatlah setiap kali kita sakit bahawa kita telah istirahat dari dunia dan akan menuju akhirat dan akan menemui Allah dengan amalan yang buruk.
24. Hendaknya ketakutan pada Allah menjadi jalan kita menuju Allah selama kita sihat.
25. Setiap kali kita mendengar kematian seseorang maka perbanyaklah mengambil pelajaran dan nasihat. Dan jika kita menyaksikan jenazah maka bayangkanlah jika kita yang sedang diusung.
26. Hati-hatilah menjadi orang yang mengatakan bahwa Allah menjamin rezeki kita sedang hatinya tidak tenteram kecuali sesuatu yang ia kumpul-kumpulkan. Dan menyatakan sesungguhnya akhirat itu lebih baik dari dunia, sedang kita tetap mengumpul-ngumpulkan harta dan tidak menginfakkannya sedikit pun, dan mengatakan bahwa kita pasti mati padahal tidak pernah ingat akan mati.
27. Lihatlah dunia dengan pandangan iktibar (pelajaran) bukan dengan pandangan mahabbah (kecintaan) kepadanya dan sibuk dengan perhiasannya.
28. Ingatlah bahwa kita sangat tidak kuat menghadapi cubaan dunia. Lantas apakah kita sanggup menghadapi panasnya jahannam?
29. Di antara akhlak wanita mukminah adalah menasihati sesama mukminah.
30. Jika kita melihat orang yang lebih besar dari kita, maka muliakanlah dia dan katakan kepadanya, “Anda telah mendahului saya di dalam Islam dan amal soleh maka dia jauh lebih baik di sisi Allah. Anda keluar ke dunia setelah saya, maka dia lebih baik sedikit dosanya dari saya dan dia lebih baik dari saya di sisi Allah.”
“Allah Maha Lembut kepada hamba-hambaNya, Dia memberi rezeki kepada sesiapa yang dikehendaki-Nya dan Dialah yang Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” As-Syura:19
“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah-lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah kurnia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.” Al-Maidah:54
Dunia Maklumat
Ulasan
Catat Ulasan