Harapan Bagi Yang Berdosa



"Adakalanya musibah itu sebagai peringatan bagi orang-orang yang berdosa supaya berhenti melakukannya dan kembali taat kepada Allah Yang Esa.."

Dunia yang fana ini sememangnya penuh dengan musibah. Musibah itu adalah sunnatullah di alam semesta ini. Musibah tidak kenal siapa dan tidak memilih bulu. Hadirnya silih berganti ke atas manusia adalah sebagai tanda Allah Taala mahu menguji dan menduga mereka. Cuma bagaimana caranya manusia menghadapinya.

Di kalangan manusia, lantaran lemah iman (jiwa), bilamana Allah menimpakan musibah, mereka terus bertukar wajah, menjadi ingkar dan protes melulu terhadap Allah, sang Pencipta. Tidak sekadar itu, mereka terlajak menyanggah takdirNya serta mendoakan kebinasaan atas diri dan keluarga mereka. Musibah terasa amat berat sehingga mereka menderita penasaran. Tubuh jatuh sakit, akal menjadi rosak bahkan langsung tiada upaya menanggung beban-beban kehidupan. Ekoran jiwa kemarau dari iman, telah ramai yang jatuh dalam dosa besar kerana bertindak membunuh diri.

Firman Allah swt: 
"Di antara manusia, ada yang menyembah Allah dalam keraguan. Apabila mendapat kebaikan senanglah hatinya, dan apabila mengalami cubaan(msibah) berubahlah hatinya menjadi kafir. (Lantaran itu) dia mengalami kerugian di dunia dan akhirat dan itulah kerugian yang amat nyata."
(Surah Al-Hajj: ayat 11)

Musibah bukanlah selalu bererti tanda kemarahan dan kebencian Allah pada seseorang atau sesuatu kaum sebagaimana juga bahawa kenikmatan bukan merupakan tanda keredhaan dan penerimaan Allah. Akan tetapi:

Musibah (ujian) Allah terhadap hambaNya yang beriman bertujuan mengukur hakikat imannya, juga memantau kadar kebenaran dan dusta mereka. Tanpa ujian, bagaimana dapat diketahui pelajar yang cemerlang?

Firman Allah swt: 
"Apakah manusia menduga (menjangkakan) bahawa mereka dibiarkan berkata (sesuka hati mereka): 'Kami beriman' sedangkan (walhal) mereka belum diuji. Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti akan mengetahui orang-orang yang berkata benar dan mengetahui orang-orang yang berdusta."
(Surah Al-Ankabut:2-3)

Setiap perkara atau peristiwa yang berlaku pada diri kita, baik ataupun buruk, kedua-duanya adalah dugaan dan ujian Allah swt. Seolah-olah kita sedang menduduki sebuah 'peperiksaan' besar yang mana subjek terasnya adalah segala perkara 'baik' dan 'buruk'. Yang baik kita perintah melakukannya manakala yang jahat dan buruk kita diperintahkan agar meninggalkannya.

Setelah kita kembali menghadap Allah swt di negara akhirat, maka semuanya akan diulang tayang dan diperlihatkan kembali dan seterusnya diadili serta diberikan ganjaran yang setimpal. 
Firman Allah swt: 
"Kami menguji kamu sekalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai cubaan (dugaan/musibah) dan kepadaKu kamu akan kembali."
(Surah Al-Anbiya: 35)

InsyaAllah, orang beriman akan berdaya menghadapi apa jua bentuk ujian dan musibah Allah atas diri mereka. Ujian Allah tidak menjadikan mereka hilang pertimbangan dan lupa diri.Itulah apa yang mahu digambarkan oleh Rasulullah saw di dalam hadis baginda yang diriwayatkan oleh Imam Muslim: 


"Sungguh menghairankan dan mengkagumkan urusan orang mukmin; semua urusan (keadaan)nya adalah kebaikan dan itu hanyalah bagi orang mukmin yang bilamana ia mengalami kesenangan, ia lantas bersyukur (ia amat baik baginya), dan jika ia mengalami kesusahan ia lantas bersabar dan itu juga amat baik bagi dirinya."

Selain tujuan di atas, musibah (ujian) terhadap orang beriman adalah tanda jelas peningkatan takah rohaniah dan sebab penghapusan dosa buat mereka serta menjadi asbab untuk memperolehi ganjaran pahala yang besar dari Allah swt. Cuba kita renungi hadis Nabi saw yang berikut:


"Tidaklah seorang muslim mengalami kepayahan maupun penyakit, kerosakan maupun kesedihan, gangguan maupun kesulitan, bahkan duri yang mengenainya, melainkan Allah (berkenan) menghapuskan dosanya dengan sebab itu."
(Hadis Bukhari)

Hadis berikutnya pula: 
"Ujian yang selalunya (silih berganti) menimpa orang mukmin lelaki dan perempuan (sama ada) pada dirinya, anak dan hartanya menyebabkan ia tidak lagi berdosa saat berjumpa dengan Allah."
(Riwayat Tirmizi)

Menerusi ujian Allah swt juga, secara rambang kita boleh mengenali tahap iman dan rohaniah kita. Nabi saw juga pernah ditanya orang, manusia manakah yang paling keras dan berat cubaannya? Baginda menjawab: "(Mereka adalah) para nabi, kemudian di bawah tingkatan mereka, sehinggalah manusia diuji menurut kadar agamanya. Apabila agamanya kuat, maka ujiannya juga berat dan jika agamanya lemah, maka ia pun diuji menurut kadar agamanya. Maka cubaan yang (bersilih ganti) menimpa manusia itu menyebabkan (menghasilkan akhirnya) ia berjalan atas muka bumi ini tanpa gelumang dosa."
(Riwayat Tirmizi, Ibnu Majah & Imam Ahmad)

Adakalanya musibah itu sebagai peringatan bagi orang-orang yang berdosa. Anda dapat fikirkan, apakah tujuannya? Tujuannya ada dua iaitu: pertama, supaya ia berhenti melakukannya dan kedua, supaya ia kembali taat kepada Allah Yang Esa. Allah menyebutkan di dalam Al-Quran:


"Sesungguhnya Kami telah kirimkan (utuskan) rasul-rasulNya kepada umat-umat sebelum engkau; (Namun mereka mendustai rasul-rasul itu), maka Kami seksa mereka itu dengan kesengsaraan dan kemelaratan. Mudah-mudahan mereka tunduk kepada Allah."
(Surah Al-An'am : 42)

Maha Pengasihnya Allah swt. Walaupun besar sekali pendustaan yang dilakukan manusia, namun Dia masih tetap memberi peluang dan harapan andai mereka mahu kembali tunduk dan patuh kepada kekuasaanNya.

Ulasan

Catatan Popular